Kamis, 11 Agustus 2011

REGENERASI


Orang-orang percaya bukan sekedar orang-orang baik, tetapi lebih dari itu, mereka adalah-manusia baru. C. S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity, meminjam dua kata yunani untuk membedakan dua jenis kehidupan: Bios dan Zoe. Bios merupakan bentuk kehidupan yang dimiliki oleh setiap orang, yaitu kehidupan biologis yang dipertahankan dengan makanan, air dan udara, tetapi pada akhirnya akan berakhir dengan kematian kekal. Sedangkan Zoe, merupakan kehidupan rohani, yaitu jenis kehidupan yang diberikan Allah ketika kita dilahirkan kembali yang berlangsung selamanya. Kedua jenis kehidupan ini bukan saja berbeda, bahkan berlawanan satu sama lain. Bios pada dasarnya merupakan suatu kehidupan yang berpusat pada diri sendiri, sedangkan Zoe merupakan suatu kehidupan yang berpusat pada Allah dan pada orang lain.

Regenerasi adalah kata lain dari kelahiran kembali. Regenerasi adalah kelahiran ke-dua, yang berbeda dengan kelahiran pertama. Kelahiran pertama terjadi melalui orangtua berdosa; kelahiran ke-dua berasal dari Allah. Kelahiran pertama terjadi melalui bibit tercemar dari orangtua, tetapi kelahiran ke-dua terjadi melalui bibit yang tidak tercemar, Firman Allah (1Pet. 1:23). Kelahiran pertama adalah produk daging; kelahiran ke-dua adalah produk Roh, dimana Roh Kudus memberikan hidup kepada pendosa yang percaya, sebagaimana sang ibu memberi hidup kepada bayi yang baru lahir (Titus 3:5).

Definisi Regenerasi

Kata regenerasi dalam bahasa Yunani ,yaitu palingesia, yang semata-mata berarti “pembaruan”, “tindakan atau proses digenerasi atau dijadikan ulang.” Tindakan tersebut mengubah kita secara fundamental. Dengan kata lain, kita adalah “kreasi” baru dalam Kristus. Akan tetapi kata ini telah disalah artikan oleh sebagian orang.

Regenerasi bukanlah suatu Legalisme. Jangan pernah berpikir bahwa dengan berusaha menaati hukum-hukum Allah dan berpegang teguh pada hukum itu, itu berarti Anda telah dilahirkan kembali. Jika regenerasi sebatas itu maka semua orang bisa melakukannya tanpa Roh Kudus. Konsep yang salah ini telah menyesatkan banyak orang Kristen. Menaati hukum dan peraturan demi mendapat perkenaan Allah bukan ajaran Alkitab. Kelahiran kembali adalah perubahan dari dalam yang dikerjakan oleh Allah dalam hidup kita. Perubahan tersebut menggerakkan kita untuk menaati Allah karena apa yang telah Allah kerjakan dalam hidup kita, bukan agar Allah melakukan sesuatu dalam kehidupan kita.

Regenerasi bukanlah agama. Memang regenerasi hanya ditemukan dalam kekristenan, tapi bukan berarti semua orang yang beragama Kristen sudah pasti lahir baru. Yesus pernah bertemu dengan seorang pemimpin agama Yahudi, yakni, Nikodemus (Yoh. 3). Dia seorang farisi yang taat dan sangat bermoral.

Tetapi Yesus menyuruhnya untuk dilahirkan kembali. Boleh jadi Anda beragama Kristen, Anda rajin bergereja, Anda bermoral tinggi dan paham tentang ajaran-ajaran pokok Alkitab, namun Anda belum dilahirkan kembali.

Regenerasi bukanlah gaya hidup baru. Regenerasi atau kelahiran kembali tidak sama dengan aktifitas baru, kebiasaan baru atau gaya hidup baru, meskipun kelahiran kembali membawa dampak besar pada gaya hidup kita. Perubahan lahiriah belum tentu menunjukan bahwa seseorang telah dilahirkan kembali. Konsep yang salah tentang kelahiran baru adalah semakin seseorang tampak ketimuran, hal itu menunjukan bahwa ia telah lahir baru.

Regenerasi bukan Baptisan. Regenerasi mendahului baptisan. Tidak pernah tercatat dalam Alkitab ada orang yang dibaptus agar dilahirkan kembali atau diselamatkan. Dalam Alkitab, mereka yang dibaptis adalah orang-orang percaya yang telah dilahirbarukan(Kisah. 2:37:41; 8:36-37).

Regenerasi adalah Kelahiran Baru. Regenerasi adalah permulaan kehidupan rohani yang baru, yang ditanamkan di dalam diri kita oleh Roh Kudus dengan mengubah hati kita sehingga kita yang dahulunya mati secara rohani menjadi hidup, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk melakukan perubahan-perubahan hidup.

Regenerasi adalah Ciptaan Baru. “Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”(2Kor. 5:17). Frase untuk “ciptaan baru”, menunjuk pada “pembaharuan roh atau hati” yang dikerjakan Allah dalam hidup. Hal ini bukan penciptaan ulang, sebab pada saat kita dilahirbarukan, kemanusiaan kita tetap dan tidak berubah. Yang berubah dalam hidup orang yang lahir baru adalah hati atau roh. Hati kata amsal adalah sumber kehidupan. Ketika hati ubahkan maka keseluruhan hidup akan mengikutinya. Kata Yunani untuk “ciptaan baru” memiliki gambaran: sebuah kayu biasa yang diubah oleh seorang pemahat menjadi perabot yang indah dan mahal. Itulah yang terjadi pada seseorang yang dilahirkan kembali.

Studi Kata

Kitab yang paling banyak berbicara mengenai kelahiran kembali dalam Alkitab adalah injil Yohanes. Pasal 1:13, Alkitab menggunakan kata “diperanakkan.” Perhatikan pasal 3:3, Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali” (atau lahir “dari atas,” genn?th? an?them). Kata g?nneth? berarti “memperanakkan” atau “dilahirkan.” Dan kata an?them secara harafiah berarti “dari atas”; kata ini juga dapat berarti “kembali, lagi” atau “baru.” Jadi, kata yang tepat untuk regenerasi atau kelahiran kembali adalah “lahir dari atas”, suatu “kelahiran dari sorga” yang berbeda dengan kelahiran biasa yang berasal dari dunia. Dan bentuk aorist dari kata kerja genn?th? yang dipakai, menunjukan bahwa kelahiran baru ini merupakan kejadian tunggal, yang terjadi sekali untuk selamanya.

Ada 3 sifat yang hakiki dari regenerasi atau kelahiran kembali yang alkitabiah:

o Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi sekali dan seketika. Regenerasi bukan suatu proses bertahap seperti pengudusan yang progresif.

o Regenerasi merupakan perubahan yang supernatural. Perubahan ini hanya dikerjakan oleh Allah sendiri tanpa bantuan manusia. Kuasa Allah yang ajaib menghidupkan atau menciptakan kembali pendosa agar hidup kembali. Ketika kita bertobat, secara supernatural Allah membangkitkan kita dari kematian rohani kepada kehidupan rohani.

o Regenerasi merupakan perubahan yang radikal. Karena istilah “radikal” berasal dari kata Latin untuk “akar” (radix), maka ini berarti regenerasi merupakan suatu perubahan pada akar natur kita. Seseorang yang diregenerasi mendapatkan kehidupan rohani yang ditanamkan Allah dalam hidupnya, dan kehidupan rohani ini melahirkan perubahan menyeluruh dalam pribadi orang tersebut. Regenerasi yang dilakukan Allah secara ajaib merupakan perubahan total atau menyeluruh.

Mengapa Harus dilahirkan Kembali

Setiap orang harus dilahirkan kembali. Mengapa? Semua manusia telah mengalami kematian rohani (Ef. 2:1) dan telah melakukan dosa (Roma 3:23). Di Taman Eden, Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa, “Pada hari engkau memakannya, (buah dari pohon pengetahuan) pastilah engkau mati (Kej 2:17). Dan mereka memang mati. Untuk pertama kali menjadi sangat malu, dan mereka mencoba melarikan diri dari Tuhan. Mereka diusir dari Taman, pikiran mereka menjadi gelap, hubungan dengan Tuhan putus, komunikasi mereka dengan Tuhan rusak. Sejak saat itu semua manusia harus mengalami kematian jasmani. Dan akhirnya, manusia akan mengalami kematian kekal di neraka (Roma 5:12). Manusia telah mengalami kerusakan yang sangat parah. Dosa telah merusak system dan paradigma manusia. Kecenderungannya ingin selalu melakukan dosa. Egois, sombong dan mementingkan diri sendiri. Keadaan manusia digambarkan jelas dalam Roma 1:18-32. Kondisi inilah yang menjadi alasan bahwa setiap orang harus dilahirkan kembali. Tanpa kelahiran baru, kita tidak akan pernah melihat sorga (Yoh. 3:5).

Tidak ada satu orang pun yang dapat mengubah keadaan ini. Sebaik apapun dan sesaleh apapun Anda di dunia, Anda tetaplah orang mati (Yes. 64:6). Usaha, amal, dan kebajikan dalam bentuk apapun tidak dapat mengubah status kita (baca: Yer. 13:23). Hanya Tuhan yang dapat mengubah kerusakan ini. Hanya Tuhan yang dapat menghidupkan kehidupan rohani yang mati, hati yang rusak dan pikiran yang gelap ini dengan cara melahirbarukan manusia tak kala manusia merendahkan diri bertobat dari dosa-dosanya dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Bagaimana Kita Dilahirkan Kembali ?

Manusia tidak dapat meregenerasikan diri sendiri. Dilahirkan dari atas dikerjakan oleh Allah. Pertayaanya, pada saat apa kita mengalami peristiwa supernatural ini? Dalam Injil Yohanes 3:14-16, Yesus mengingatkan Nikodemus tentang kisah Perjanjin Lama bagaimana Musa meletakkan ular tembaga di atas sebuah tiang dan mengundang mereka yang mendapat penyakit mematikan untuk memandang ular itu. Jika mereka menerima undangan Musa dengan memandang ular tembaga di atas tiang, tindakan iman itu akan menyelamatkan mereka.

Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada hari itu di padang gurun. Banyak orang mengeluh, mengatakan bahwa undangan itu tidak masuk akal, tidak logis dan bertentangan dengan ilmu kedokteran. Bagaimana mungkin memandang ke seekor ular tanpa menyentuh ular tembaga itu, penyakit mematikan disembuhkan? Bagaimana mungkin hanya dengan percaya atau beriman kita dilahirbarukan dan diselamatkan? Itulah yang dilakukan Allah kepada orang yang menanggapiNya dengan iman. Undangan Allah di zaman ini masih tetap sama, yakni barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (ayat 16). Barang siapa yang tidak percaya akan dihukum (ayat 18).

Allah menghidupkan orang-orang berdosa yang menerimaNya sebagai Juruselamat yang mati menggantikan mereka di kayu salib, yang telah membayar sumua dosa-dosa mereka dan menerima pengampunan penuh atas semua dosa-dosa mereka serta bersedia hidup bagi Kristus. Itulah iman, yang di dalamnya ada pertobatan. Pada saat Anda beriman regenerasi terjadi, Anda dilahirkan kembali, hati Anda diperbaharui, benar-benar baru.

Kita yang mengalaminya tidak melihat apa-apa, tapi kita dapat merasakannya dan orang lain menyaksikannya (Yoh. 3:8). Perubahan itu terjadi dari dalam, kemudian menampakkan diri ke luar. Artinya, kelahiran baru itu bisa dilihat. Ada dampak yang ditimbulkan dari dalam. Dampak kelahiran baru dapat kita lihat dari tutur kata, tingkah laku, dan perbuatan-perbuatan. Alkitab berkata, pohon yang baik menghasilkan buah yang baik pula (Mat. 12:33).

Mungkinkah pohon mangga mengeluarkan buah duren? Mungkinkah orang yang telah dilahirkan kembali suka menjelekkan orang lain, tidak suka mengampuni, dan tidak mau dinasehati? Mungkinkah orang yang mengaku lahir baru hidup dalam amarah? Orang yang telah dilahirkan “dari atas” mengeluarkan tutur kata yang santun, sikap yang rendah hati, kasih yang tulus iklas, penuh belas kasihan dan relah mengampuni, serta perbuatan moral yang terpuji (baca: Efesus 4:22-32). Dan semua itu berasal dari hati yang telah diperbaharui oleh Roh Kudus. (by: Gbl Alki Tombuku)

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 2 Korintus 5:17

Ayo papa, kita berangkat.

Seorang anak kecil dengan mata berbinar dan wajah mungil yang bercahaya berkata: “Papa, sudah hampir waktunya Sekolah Minggu. Ayo kita berangkat! Mereka mengajar kita tentang kasih Yesus, bagaimana Dia mati bagi semua orang yang memanggil nama-Nya!”

“Oh, tidak!” kata sang papa,”Tidak hari ini. Aku telah bekerja begitu keras sepanjang minggu. Aku akan pergi ke danau untuk bersantai dan beristirahat sambil memancing. Jadi, jangan ganggu Papa. Kita akan pergi ke gereja suatu hari nanti.”

Bulan dan tahun terus berganti tetapi si papa tidak pernah lagi mendengar permohonan,”Ayo kita pergi ke Sekolah Minggu!”

Masa kanak-kanak si gadis telah berakhir. Dan, sang papa mulai menjadi tua. Sampai kemudian ia menyadari sudah tiba waktunya ia perlu pergi ke gereja. Tetapi apa yang dikatakan putrinya? “Oh, Papa, tidak hari ini! Saya begadang hampir setiap malam. Jadi, saya perlu tidur sekarang. Tidakkah Papa lihat penampilan saya pun begitu kusut?”

Mendengar itu, sang papa mengangkat tangannya yang bergetar untuk menghapus airmata. Sekali lagi ia teringat wajah seorang gadis kecil yang dengan bersemangat berkata,” Papa, sudah hampir waktunya Sekolah Minggu. Ayo kita berangkat!”

Sudahkah Anda menyiapkan diri untuk membawa anak Anda ke gereja pada hari Minggu ini?

Iman Kepada Agama atau Kepada Kristus


Bacaan: Yohanes 14:1-14

Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.- Yohanes 14:6


Begitu banyak orang membangga-banggakan agamanya. Selalu berkata bahwa agamanyalah yang paling baik dan paling benar. Dengan sikap yang seperti ini, lahirlah fanatisme yang berlebihan terhadap agama yang diyakininya. Kalau sudah begini, bisa-bisa tindakan apapun juga akan dilegalkan demi membela agamanya. Itu sebabnya tak perlu kaget kalau ada istilah perang suci atau “bom suci”. Dendam, pembunuhan, bahkan pembantaian hanya demi membela agama yang dianut.

Berbicara tentang hal ini, kita tahu bahwa agama memiliki rapor merah yang begitu banyak. Sejarah mencatat rapor merah agama, mulai dari para pembunuh Khawarij pada abad ke-7 sampai dengan “bom suci” di masa sekarang ini. Di kalangan kristiani juga pernah terjadi hal yang tak kalah mengerikan. Sekelompok kaum Protestan dibakar hidup-hidup oleh seorang ratu Inggris yang Katolik pada pertengahan abad ke-16. Demikian juga menurut sebuah gambar terbitan Antwerp, Belgia, tampak kelompok Protestan yang menamakan dirinya “Huguenots” memancung korbannya dengan sangat keji. Ngomong-ngomong soal Yesus, bukankah dalang di balik penyaliban Yesus juga adalah dari kelompok agama?

Itu sebabnya sangat keliru kalau kita memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap agama, termasuk agama Kristen sekalipun! Sekali lagi bahwa agama tidak akan pernah bisa menyelamatkan kita. Alkitab tidak pernah berkata, apalagi menjamin bahwa setiap penganut agama Kristen akan masuk sorga. Agama bukan jalan. Yesus lah jalan! Itu sebabnya iman kita seharusnya kepada Yesus, bukan kepada agama yang kita anut.

Pemahaman yang seperti ini akan menghindarkan kita dari tindakan-tindakan konyol hanya dengan dalih untuk membela agama. Agama hanyalah wadah dan bukan intinya. Apapun alasannya, intinya haruslah tetap Yesus. Itu sebabnya saya tidak pernah bangga hanya menjadi orang Kristen, tapi saya sangat bangga menjadi pengikut Kristus. Kalaupun saya melakukan hal-hal rohani, saya tidak melakukan demi agama, tapi saya melakukannya demi Kristus. Saya tidak melayani agama, saya melayani Kristus. Saya tidak mau berkorban hanya demi agama, tapi saya akan berani habis-habisan demi Kristus. Saya tidak mau mati demi agama, tapi saya mau hidup demi Kristus. Bagaimana dengan Anda?

Dimanakah kita menaruh iman, kepada agama atau kepada Kristus?


Bacaan: Yohanes 14:1-14

Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.- Yohanes 14:6


Begitu banyak orang membangga-banggakan agamanya. Selalu berkata bahwa agamanyalah yang paling baik dan paling benar. Dengan sikap yang seperti ini, lahirlah fanatisme yang berlebihan terhadap agama yang diyakininya. Kalau sudah begini, bisa-bisa tindakan apapun juga akan dilegalkan demi membela agamanya. Itu sebabnya tak perlu kaget kalau ada istilah perang suci atau “bom suci”. Dendam, pembunuhan, bahkan pembantaian hanya demi membela agama yang dianut.

Berbicara tentang hal ini, kita tahu bahwa agama memiliki rapor merah yang begitu banyak. Sejarah mencatat rapor merah agama, mulai dari para pembunuh Khawarij pada abad ke-7 sampai dengan “bom suci” di masa sekarang ini. Di kalangan kristiani juga pernah terjadi hal yang tak kalah mengerikan. Sekelompok kaum Protestan dibakar hidup-hidup oleh seorang ratu Inggris yang Katolik pada pertengahan abad ke-16. Demikian juga menurut sebuah gambar terbitan Antwerp, Belgia, tampak kelompok Protestan yang menamakan dirinya “Huguenots” memancung korbannya dengan sangat keji. Ngomong-ngomong soal Yesus, bukankah dalang di balik penyaliban Yesus juga adalah dari kelompok agama?

Itu sebabnya sangat keliru kalau kita memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap agama, termasuk agama Kristen sekalipun! Sekali lagi bahwa agama tidak akan pernah bisa menyelamatkan kita. Alkitab tidak pernah berkata, apalagi menjamin bahwa setiap penganut agama Kristen akan masuk sorga. Agama bukan jalan. Yesus lah jalan! Itu sebabnya iman kita seharusnya kepada Yesus, bukan kepada agama yang kita anut.

Pemahaman yang seperti ini akan menghindarkan kita dari tindakan-tindakan konyol hanya dengan dalih untuk membela agama. Agama hanyalah wadah dan bukan intinya. Apapun alasannya, intinya haruslah tetap Yesus. Itu sebabnya saya tidak pernah bangga hanya menjadi orang Kristen, tapi saya sangat bangga menjadi pengikut Kristus. Kalaupun saya melakukan hal-hal rohani, saya tidak melakukan demi agama, tapi saya melakukannya demi Kristus. Saya tidak melayani agama, saya melayani Kristus. Saya tidak mau berkorban hanya demi agama, tapi saya akan berani habis-habisan demi Kristus. Saya tidak mau mati demi agama, tapi saya mau hidup demi Kristus. Bagaimana dengan Anda?

Dimanakah kita menaruh iman, kepada agama atau kepada Kristus?

Rahasia Doa Bapa Kami

Sangatlah sedikit peristiwa baik terjadi di dunia ini tanpa gerakan kuasa doa. Doa yang benar adalah bersatunya antara kekekalan dengan hal-hal yang sementara. Tuhan mengetahui apa yang akan membuat tujuan-Nya digenapi di bumi; kemudian Ia meminta kita untuk berdoa supaya hal itu terjadi. Jadi, doa sehari-hari yang secara konsisten mengalahkan gerakan musuh. Ketika kita berdoa, musuh kita harus meresponi pekerjaan Tuhan yang digerakkan oleh doa-doa kita. Maka, pada kenyataannya, musuh kita pun harus meresponi kita sebagai ganti respon kita atas serangannya.

Sayangnya, kita cenderung untuk berpikir bahwa berdoa adalah sulit. Kita berpikir doa adalah suatu tindakan manusia yang menuntut waktu, usaha, dan energi kita; bagaimanapun, ini adalah gagasan Tuhan untuk berdoa. Ia merancang doa untuk hubungan yang terbuka, dan transparan, membawa suatu atmosfir rohani di mana Ia dapat menikmati persekutuan yang erat dengan kita. Dengan kata lain, dengan ketidak mampuan berdoa akan menjadi bencana terbesar yang bisa menimpa kita. Ini hanyalah melalui jamahan Tuhan sehingga kita dapat berdoa; ini membuktikan Ia dekat dengan kita.

Kunci untuk berdoa adalah kepercayaan yang teguh yang sangat pribadi sifatnya. Jika kita tidak memahami konsep yang sederhana ini, maka selamanya kita tidak akan mampu untuk sungguh-sungguh mengenal, dan membiarkan diri kita menikmati Kehadiran-Nya. Segala hal itu disebutkan di dalam Doa Bapa Kami yang Ia ingin kita lakukan secara pribadi. Ia ingin tertawa bersamamu, menangis bersamamu, menyentuhmu, memiliki saat-saat indah bersamamu. Waktu-waktu berdoa memungkinkan Tuhan untuk menunjukkan kepada rencana-Nya, keinginan-Nya, dan tujuan hidup-Nya bagimu. Doa bagi Dia adalah saat-saat yang sangat berarti, seperti halnya hal itu berarti bagimu.

Doa Bapa Kami dimulai dengan kata "Bapa Kami" (=Our Father) (Matius 6:9). Banyak orang, ketika mereka belajar topik ini, berhenti pada kata "kami" (=Our), kata pertama di awal doa. Cara Yesus membuka doa yang paling terkenal di dalam sejarah itu adalah bersifat elementer untuk memahami tujuan doa yang sesungguhnya. Kita telah dibawa ke dalam rumah tangga tanpa iman. Ini berarti bahwa Tuhan adalah Bapa kita. Ini merupakan suatu masalah hubungan keluarga, bukan jenis konsep orang tua angkat.

Ketika kita dilahirkan kembali, sesungguhnya sesuatu terjadi di dunia rohani dan secara harafiah menggenapi pernyataan ini. Kita semua yang adalah anak-anak mempunyai Tuhan sebagai Bapa kita. Ia adalah Bapa saya, dan Ia juga adalah Bapa mu. Hubungan mu dengan Bapa Surgawi mu adalah pribadi. Sesudah itu, lalu dengan tepat kita berdoa, "Bapa ku"

Bapak dan Ibu saya baru-baru ini pindah ke New Hamsphire untuk lebih dekat ke pelayanan kami. Saya memperkenalkan mereka sebagai bapak dan ibu "saya". Bahkan, mereka juga adalah bapak dan ibu dari saudara laki-laki saya dan dua saudari saya. Ketika kita bersama-sama, kami semua memperkenalkan mereka sebagai orang tua "kami". Jadi, bapak dan ibu kami adalah, di dalam kebenaran, juga bapak dan ibu saya. Seseorang tidak dapat meniadakan yang lainnya. Demikianlah adanya di Doa Bapa Kami.

Jika kita tidak menyerap keakraban yang pribadi ini, kita akan terus menerus berpikir tentang Tuhan sebagai Tuhan yang jauh sekali. Kaum Deist percaya ada satu Tuhan, tetapi setelah menciptakan alam semesta, Ia melangkah mundur dan membiarkannya berkembang normal dengan sendirinya. Mereka percaya kepada-Nya untuk menjadi seperti seorang ayah tiri yang tidak mencari keuntungan, yang hanya secara berkala mengunjungi untuk melihat bagaimana ciptaan-Nya berusaha. Tetapi Doa Bapa Kami dengan seketika menggugurkan kepercayaan ini sebab yang mula-mula Yesus lakukan adalah mengungkapkan sifat pribadi dari hati Bapa. Kebenarannya adalah bahwa Tuhan adalah sempurna, dilibatkan dengan seksama di dalam kehidupan kita sehari-hari dan mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk menjamah dan mengubah kita setiap saat kita mengijinkannya.

Jika kita tidak berdoa secara pribadi, kita tidak akan pernah bisa pergi lebih jauh. Kita akhirnya akan merasa sering dan menjadi apatis (bersikap masa bodoh) di dalam saat teduh kita bersama Tuhan karena kita tidak akan merasakan kasih-Nya. Tiga tahap dalam berdoa adalah keinginan, disiplin, dan kesukaan. Masing-masing saling melengkapi satu sama lainnya. Jika berdoa tidak menjadi hal yang pribadi bagi kita, jika kita tidak memahami dalamnya kasih Tuhan bagi kita pada suatu tingkatan yang umum dikenal, secara individu, kita tidak akan pernah membangun keinginan kepada-Nya yang sesungguhnya, dan doa kita akan menjadi basi.

Maka, ketika engkau berdoa seperti yang Yesus ajarkan, biarlah perkataan-Nya yang pertama, "milik ku / kami" beresonansi mendalam di dalam rohmu. Biarlah hal itu berbicara dengan nyaring tentang pribadimu, hubungan satu sama lainnya dengan Pencipta mu yang penuh kasih.

Jangan takut untuk memiliki Tuhan secara pribadi, sebab dengan cara itulah Ia memilikimu.

Sumber: Unlocking the Mystries of the Lord Prayer

Didikan Tuhan


Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah Engkau bosan akan peringatanNya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang Ayah kepada anak yang disayangi. (Amsal 3 : 11-12) Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan Ajaran ibumu (Amsal 1 :8)
Ada beberapa cara siiblis itu menyerang anak-anak Tuhan, diantaranya :
  1. Dosa yang tidak mau mengampuni kesalahan orang lain (Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu) Matius 6:15.
  2. Dosa yang tidak mau mengakui dihadapan Tuhan, saat ini banyak hamba Tuhan berkhotbah hanya tentang “Berkat” dan jarang mengajarkan untuk Membawa jemaatnya untuk minta ampun atas kesalahannya kepada Tuhan, Jikalau umat Tuhan ingin dipulihkan, mereka harus mengaku dahulu segala Dosa/kesalahannya dihadapan Tuhan untuk dipulihkan. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan kita” (1 Yohanes 1:9)
Sebenarnya masih ada beberapa cela yang membuat iblis itu menguasai kehidupan anak-anak Tuhan, tetapi dosa yang Tuhan paling benci adalah kedua dosa tsb. Karena Yesus rela mati dikayu salib, hanya karena ingin mengampuni dosa-dosa manusia, kalau manusianya sendiri tidak mau mengampuni dan mengakui dosa2nya berarti dia lebih hebat dari Tuhan Yesus. Dibawah ini ada Firman Tuhan yang memperingatkan kita semua agar kita tidak menjadi kutuk tetapi menjadi berkat .
“Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati namaKu, Firman Tuhan semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutuk keantaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk, dan Aku telah membuatnya jadi kutuk, sebab kamu ini tidak memperhatikan” (Maleakhi 2:2)
“Harus engkau mengajarkannya ber-ulang-ulang kepada anak-anakmu..” (ulangan 6:7) dan memberi peringatan firman Tuhan kepada mereka, supaya Tuhan tidak mengutuknya karena ketidak tahuan mereka, karena tidak ada orang tua didunia ini yang tidak menyayangi anak-anaknya, firman Tuhan memberi peringatan sbb:
“ Terkutuklah orang yang memandang rendah ibu dan bapanya” (ulangan 27: 16) Wahai Sahabat2 Kristen ”Hormatilah ayah dan ibumu, ini adalah suatu perintah penting….supaya kamu berbahagia dan panjang umur” (Efesus 6:2-3)
Tuhan memberkati anak-anak kita semua. Amin.

“Dapatkah keselamatan dibatalkan?”


Keselamatan itu kasih karunia Allah, anugerah Allah.
Dalam Yoh 10:28 dikatakan bahwa Tuhan memberikan hidup yang kekal kepada kita & kita tidak akan binasa sampai selama-lamanya & seorang pun tidak akan merebut kita dari tangan-Nya.
Dari 2 Kor 1:21-22, kita tahu bahwa Allah telah mengurapi, memateraikan tanda milik-Nya atas kita dan memberikan Roh Kudus di dalam hati kita.
Nah,jadi, keselamatan itu adalah karunia Allah, anugerah Allah. Padahal, kalo kita liat diri kita, kita ini siapa sih? bukan siapa2..tapi karena kasih-Nya buat kita, kita diangkat oleh Tuhan jadi anakNya, sahabatNya, mitraNya. Nah, sebagai anak, sudah semestinya kita menghargai anugerah yang benar-benar sangat amat luar biasa itu.
1. Dalam Yoh 5:24, kita diingatkan untuk mendengar dan percaya pada perkataan Tuhan. Kita harus rendah hati untuk bisa mendengar dan memahami kehendak Tuhan.
2. Dalam Luk 11:28, lebih lagi, kita diingatkan untuk mendengar dan memelihara Firman Allah.
3. Dalam Yak 1:22, lebih dalam lagi, kita diingatkan untuk menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja.
Jadi, kita dipanggil untuk menjadi mitra Allah yang aktif. Allah kita luar biasa, Ia adalah Allah yang terus aktif memelihara kita, mengerti apa pergumulan kita, apa yang kita doakan bahkan sebelum kita mengucapkannya pada Tuhan. Kasih Tuhan tidak pernah berakhir. Jadi, apakah keselamatan dapat dibatalkan? Keselamatan dapat saja hilang, ketika kita mengingkari iman kita, tidak lagi percaya pada Tuhan Yesus Kristus. Maka,jangan pernah meninggalkan iman kita hanya demi pacar, jabatan, harta yang kesemuanya hanya bersifat semu.
Bersyukurlah kita diberi anugerah iman percaya pada Yesus, Ia telah menebus kita dan kita telah diselamatkan oleh-Nya. Yakinlah akan keselamatan yang telah dikaruniakanNya pada kita. Kita telah dimerdekakan. Tapi, jangan disalah-artikan sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa. Tapi, hiduplah selayaknya anak2 Allah, milikilah hidup yang mengasihi Allah, mendengar, memelihara dan melakukan Firman Allah Bapa kita.